TRUE HIST:: Sumpah mengenai BID`AH

Peringatan: Cerita ini cukup panjang. Sok bikin cerpen atas
permintaan Kang Al Jupri disemangati Kang Sawali dan disupport ilmu
oleh Bang Ersis lalu terinspirasi jalan cerita Hanna. Tapi susah bikin
ending jadi kepanjangan. Maafkanlah. Tapi saya bikin sinopsisnya
(singkat cerita) di belakang. Isunya sih cukup lama tapi ini adalah
kejadian nyata. Hanya alur cerita dan tokohnya disamarkan.

Pagi ini Danang bangun telat sekali. Matahari sudah hampir nongol. Ia
tidak bisa shalat sepagi biasanya kemudian melakukan wirid dan membaca
dzikir hingga terbit matahari. Apalagi ikut shalat jamaah di mushola
samping kostanya di Purwokerto. Semalam ia diadili oleh senat
mahasiswa di kampusnya. Karena Danang dianggap mahasiswa pembawa
ajaran sesat. Bukan itu saja ia pun dituduh kafir dan musyrik.

Sehabis shalat subuh, Danang tidak beranjak seperti biasanya. Pagi
itu, Danang malas memberesi buku-buku yang berserakan di kamarnya.
Matanya berat sekali. Ia justru merebahkan kembali badannya, berharap
bisa tidur kembali. Sebab semalam hingga pukul 21.00 WIB masih di
senat disidang oleh teman-temannya.

Matanya masih saja tak mau terpejamkan. Ia masih terngiang-ngiang
dengan sumpah yang telah diucapkannya di hadapan mahasiswa di kampus,
tadi malam. Sebuah sumpah yang berani diucapkan dengan konsekwensi
yang cukup berat sekali. Tetapi atas nama keyakinan, Danang berani
bersumpah dengan penuh keberanian.

Langit-langit kosannya ia pandangi lama sekali. Tapi matanya tak mau
terpejam. Tiba-tiba, sambil tiduran melihat gambar yang jelas sekali,
seperti TV flat yang dipasang di langit-langit. Ia perhatikan gambar
teman-temanya yang mengkafir-kafirkann ya. Abu Jari, Abu Geha dan
Ibnu Amak. Tiga orang inilah yang memfonis saya sesat.

"Danang, kau ini pembawa ajaran sesat!" Suara Abu Jari begitu
membahana, membuat Danang kaget sekali. Namun setelah membentak ia
mengelus-elus jenggotnya.

"Tahu kah kamu, di kampus ini harus steril dari bid'ah. Saya sebagai
"polisi syariat" di kampus ini bertanggung jawab setiap bid'ah yang
merajalela di sini. Kampus ini harus bersih dari semua itu. Harus
menjadi contoh di masyarakat. Tidak boleh dicemari polusi bid'ah.
Tidak boleh satupun mahasiswa atau pengurus senat memiliki ajaran yang
mendukung bid'ah. Jika masih tetap melakukannya maka konsekwensinya
dikeluarkan. "

Danang kaget bukan kepalang. Bukan masalah ancaman dikeluarkan dari
kampusnya tapi karena ia merasa apa yang ia lakukan itu tidak salah
dan boleh hukumnya. Marhabanan bersama teman-teman santri di masjid
kampus setiap malam Jum'at dan diawali yasinan, semata-mata untuk bisa
bersilaturahmi antar santri yang sudah jadi mahasiswa di sini.

Ini kan sekedar pancingan saja agar teman-teman santri kampus itu bisa
kumpul bareng untuk belajar bersama dan menjalin silaturahmi seperti
juga di pondok dulu. Jadi kenapa masalah teknik dan montase dalam
berdakwah disalahkan. Dulu para Wali bisa membawa kultur wayang dan
tembangan serta nyanyian. Namun cara ini sangat efektif. Jika itu
bid'ah sesat ya pasti dihindari lah, sebagaimana meinum-minuman keras.

Yasinan dan semua aktivitas yang saya lukukan itu sudah berakar saat
saya mondok. Yasinan tidak lain hanyalah kegiatan baca quran biasa;
Marhabanan tidak lain adalah pembacaan sastra berbahasa arab yang
ditulis dalam bentuk bait-bait cerita sejarah Rasulullah saw.
Sedangkan tahlilan tidak lain merupakan bacaan ayat quran, membaca
"laa ilaaha ilallah" lalu di akhiri doa untuk bapak/ibu kami yag sudah
meninggal dan untuk para arwah yang sudah mendahului.Perkara diterima
atau tidak, itu urusan Gusti Allah. Lagi pula kyai-kyai saya dan juga
para ulama, para wali sebelumnnya melakukan semua itu. Jika itu salah,
dan dianggap seperti minum-minuman keras, mungkin sudah dilarang di
pondok saya dari dulu. Aku heran kenapa orang-orang kota ini begitu
kasar kata-katanya dan membenci semua amalan itu. Batin Danang memberontak

"Danang!, kenapa kamu diam saja!" semprot Abu Jari karena dilihatnya
bengong"

"Laporkan ke MUI saja biar dibuat fatwa dan kita bisa memperkarakannya
ke polisi!" Teriak salah satu mahasiswa di antara ratusan yang hadir
mengelilingi Danang.

"Baiklah teman-teman sekalian, saya ingin sampaikan satu hal saja.
Saya tidak ingin berdebat untuk masalah ini. Saya tegaskan bahwa apa
yang saya lakukan itu semata-mata hanyalah tradisi kami di pesantren.
Jika mengganggu kalian dan dianggap sebagai perbuatan kaum musyrik,
Berarti kalian yang buta agama! Tapi saya ingatkan bahwa saya tidak
akan keluar dari kampus ini, dan saya akan melakukan banding hukum
jika saya diperkarakan. Saya tidak akan menghentikan kegiatan yang
diyakini menurut kami benar!" Hadirin tersentak kaget atas pernyataan
Danang itu.

"Bagaiaman jika apa yang kamu lakukan itu adalah salah?" kata Abu Jari
meledek.

"Jika salah mungkin para wali, para syaikh kami dan kyai-kyai ulama
tidak mengajarkan praktek yang kalian anggap bida'ah sesat. Tapi yang
dajari kami adalah jangan berbohong, jangan takabur, hindari tidak
menepati janji, menghina orang lain, sering-sering membantu orang
lain, jangan mabuk-mabukan, mencuri dan melakukan maksiat lainya."

"Apakah kamu berani bersumpah bahwa apa yang kamu lakukan itu benar?"
Kata Abu Jari sang ketua Senat menegaskan.

"Saaaayaaaa beraaani bersumpah!, jika apa yang saya lakukan itu adalah
benar!" jawabnya dengan suara dilambatkan.

"Baiklah silahkan Anda bersumpah." Kata ketua Senat.

Tiba-tiba saja hadirin berlarian menempati tempat duduk di kelas itu
satu persatu dan terdiam. Rupanya rektor kampus ini datang di ruangan
senat mahasiswa. Semua hadirin terdiam dan yang semula berdiri
mengelilingi Danang yang tengah diadili, satu-persatu pada bringsut
dan duduk di bangku masing-masing. Tetapi tiga orang yang mengadili
itu tetap duduk berhadapan dengan Danang.

"Assalamu'alaikum Pak Rektor", kata Abu Jari dan kedua temannya sambil
senyum membungkuk.

"Wa'alaikum salam. Ya silahkan duduk saya sudah dengar semuanya. Saya
kemari ingin menuntaskan masalah kalian. Karena saya capek mendengar
setiap ada perbedaan masalah furuiyah kalian sebagai pengurus senat,
saya dengar melarang semua itu." jelas rektor.

Rupanya, diam-diam rektor diberi tahu oleh mahasiswa bahwa di ruangan
ini ada sidang masalah bid'ah. Untungnya kampus modern itu dilengkapi
CCTV dan semuanya direkam, sehingga rektor universitas ini bisa
mengikutinya. Namun saat hendak bersumpah rektor hendak menyudahi
masalah itu.

"Begini….," lanjut rektor
"Saya memang tidak ingin saudara Danang itu dihakimi seperti ini hanya
karena keyakinan yang berbeda." Kata rektor mengawali pembicaraan.

"Tapi kan pak…"

"Sebetar! saya belum selesai bicara"

"Jika kalian mengambil sumpah kepada Saudara Danang, maka kalianpun
harus juga bersumpah pula bahwa apa yang kalian yakini, bahwa segala
yang dilakukan dan diamalkan setiap hari oleh kawan-kawan Danang itu
adalah salah. Berani?" tanya rektor menirukan iklan 3 (tri).

"Baik pak saya berani!" kata ketiga orang pengurus senat ini.

"Silahkan Danang lebih dulu bersumpah"

"Wallahi, saya bersumpah bahwa apa yang saya lakukan seperti Tahlilan,
Marhabanan, di masjid kampus ini juga Ziarah Kubur adalah benar, dan
saya siap menerima hukuman dari Allah swt apapun bentuknya." sumpah
itu dirasakan Danang keluar dari dalam hatinya hingga merinding bulu
kuduknya.

Ia teringat bagaimana kyaiinyadi pesantren, ia teringat para makam
para wali yang sseringkali ia ziarahi dan membaca quran di sana. Ia
pun teringat jelas orang-orang yang sering melakukan marhabanan di
masjid di pesantren. Semua itu memberikan kekuatan untuk mau bersumpah.

"Sekarang kamu bertiga, silahkan bersumpah"

""Wallahi, saya bersumpah bahwa yang lakukan seperti Tahlilan,
Marhabanan, Ziarah Kubur dan Tahlil adalah perpuatan yang tidak
dirodoi Allah swt dan bida'ah yang sesat. Dan saya siap menerima
hukuman dari Allah swt apapun bentuknya."

Semua hadirin merasa kaget dengan sumpah-sumpahan di kampus itu.
Untunglah pak Rektor yang bijaksana itu akhirnya menantang kedua kubu
untuk melafalkan sumpahnya. Dengan disaksikan ratusan mahasiswa dan
Rektor menjadi sebuah perhelatan sumpah yang entah efektif atau tidak.
Yang jelas semua pada bubar, dan besoknya seperti tidak ada kejadian
apa-apa di kampus itu.

***

Desa Sambilata yang biasanya sepi dan senyap jika malam hari, terlihat
orang berlarian menuju arah belakang masjid desa. Di situ ramai sekali
orang berlarian. Asap membumbung terlihat dari sudut desa itu karena
ditimpa oleh cahaya listrik yang dipancarkan dari lapangan sepakbola
kebanggaan masyarakat Jawa Tengah itu. Dari pematang sawah itu, jelas
sekali ada rumah yang terbakar.

Benar saja, saat Abu Jari sampai di tikungan terakhir masuk kampung
itu, kira-kira 100 meter dari rumahnya, terlihat orang berteriak,
kebakaraan… kebakaran… dan Abu Jari berharap rumah itu bukan miliknya.
Tetapi harapan itu kandas. Kini rumahnya terbakar habis tampa sisa.

Ia berlari agar segera sampai di tempat kejadian perkara. Rumah itu
sudah ludes, api sudah mengecil, terlihat barang-barang miliknya habis
dilalap api. Mobil kijang yang dibeli kredit tahun lalu kini tinggal
bangkai. Perabotan rumah yang ia beli untuk keluarganya pun sudah
menjadi abu. Tiba-tiba tulangnya tidak mampu menahan beban deritanya.

Orang-orang membawa Abu Jari ke rumah sakit. Atas pertolongan dokter,
penyakit darah tingginya bisa diatasi. Namun belum selesai ia keluar
dari rumah sakit, terlihat orang-orang berlarian para suster dan
dokter dibuat kalang kabut. Di ruangan yang tidak jauh dari pintu
keluar, tepatnya di ruangan gawat darurat ada lima kereta pasien
tengah didorong dari dua mobil ambulans yang datang meraung-raung.
Terlihat jelas tiga orang dewasa dan satu anak kecil semuanya pingsan
tidak bergerak. Kelima pasien ini langsung dimaskukkan dalam gawat
darurat. Darah tanpak terlihat dari sekujur tubuhnya.

Abu Jari mau pulang tapi terasa berat sekali. Ia coba melihat dari
jauh karena sepertinya ia kenal tahi lalat di pipinya. Ia berharap
bukan isterinya. Dengan penasaran ia minta kepada suster untuk
mengehentikan kereta pasien itu.

"Alllllaaaahu Akbar" teriak Abu Jari.

"Mamaaaa…" teriakan kedua ini cukup membuat Abu Jari jatuh pinsan.

Kelima orang yang masuk rumah sakit ini adalah keluarga Abu Jari
semuanya. Kedua orang tua Abu Jari dan Mimin isterinya meninggal.
Kedua anaknya yang masih SD dirawyat karena luka yang cukup parah,
namun akhirnya dua-duanya meninggal. Kejadian itu awalnya mereka
tengah berlibur di Yogyakarta sepulang dari liburan mobil ini tabrakan
dan semuanya meninggal dunia.

***

Kehidupan Abu Jari pasca sumpah itu benar-benar tragis. Kini hanya
sebatang kara. Kelurga dan harta bendanya meninggalkannya. Ia berpikir
apakah saya salah dalam bersumpah. Diam-diam ia menyesali sumpah
kemarin di kampus itu. Lalu ia berusaha untuk mendatangi kyai-kyai di
Jawa. Makudnya iangin berdialoag tentang dunia pesantren dan segala
liku-liku ajaran yang saya anggap sesat itu. Ia tidak puas satu kyai
dan ia kunjungi kyai lain sepanjang Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi
semuanya menjawab sama.

"Kamu rupanya termakan sumpah" Kata kyai Holil di Surabaya. Sudah ada
10 kyai ia datangi dan semuanya berkata begitu dan semuanya sepakat
agar saya minta maaf kepada Danang.

"Saya sudah maafkan semuanya, karena memang saya tidak punya prasangka
apa-apa." Jawab Dananga kepada Abu Jari saat berkunjung ke rumahnya
meminta maaf.

Kini, Abu Jari justru kebalikan dari Danang. Ia paling getol ziarah,
paling suka datang ke para ulama untuk menimba ilmu-ilmu yang selam
ini ia dapatkan hanya dari buku-buku terjemahan dan doktrin-doktrin
bid'ah dari khutbah Jumat dan pengajian doktriner.

————————————

Kesimpulan Cerita dari fakta berikut:

Danang (nama samaran) dan Ketua Senat di Kampus Purwokerto (ini
kejadian benar) berawal dari debat masalah perbedaan furuiyah yang
biasa dilakukan oleh orang-orang NU. Danang tidak banyak mengetahui
dalil-dalilnya dan tidak mau berdebat masalah ini sebab amalan itu
sudah turunan dari para kyai dan tidak mempermasalahkannya jika mau
dikerjakan atau tidak.

Tetapi Sang Ketua senat itu sangat meyakini bahwa apa yang dilakukan
Danang itu salah total dan harus dihindari. Karennya keduanya
bersumpah demi Allah swt dan siap menerima resiko apapun dari Allah
atas segala keyakinannya. . Tapi malangnya, konsekwensi sumpah itu
justru menimpa ketua Senat rumah kebakar dan keluarganya meninggal
semua akibat kecelakaan.

Atas semua cerita ini tidak bermaksud untuk menguatkan dalil tentang
prilaku yang dituduh bid'ah ini. Ini hanyalah pengalaman rohani
seseorang, belum tentu cocok dengan yang lain. Plis deh ah… Wallahu a'lam.

Ini adalah cerita saya hadiahkan buat kang Al Jupri yang menyuruh saya
bercerita. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

==###==

copas sumber santribuntet

wallahu'lam

Tentang

Assalamualaikum wr wb

Nama : Selamat.Kms
Ttl : Babat, 15 okt 1984
Status : Mahasiswa


saya anak pertama yang dilahirkan disebuah desa nan indah di pelosok bumi silampari nan cinde heee...........sekarang masih bersatus mahasiswa disebuah perguruan tinggi dikampungku.

uda dlu ya saya mesti kerja lagi insyak allah lain kali tak tambah lagi indentitas lengkapnya cuma percobaan.

Depan

Assalamualaikum wr wb

Selamat datang di web blogku yang masih banyak kekurangan ini.
mohon kritik dan saranya ya...............

semoga semua yang ada ini dapat bermanfaat baik buat kepentingan pribadi maupun umum


salam kenal semua buat para pengunjung sekalian.

keep istiqomah.

wassalam..............created by salendra BNJ@RT